LUWU
TIMUR – Udang cantik endemik Sulawesi (Caridina woltereckae) merupakan salah satu kelompok Krustasea atau Udang-udangan
yang hidup di Danau Towuti dan Danau Mahalona, Luwu Timur, Sulawesi Selatan,
kini mengalami ancaman kepunahan.
Hasil
survey yang dilakukan Henny T. Cinnawara, Dosen di Universitas Andi Djemma Palopo bersama International
Union for Conservation of Nature (IUCN) dan Yayasan Bumi Sawerigading (YBS)
bulan April 2019 di Danau Mahalona dan di Danau Towuti pada Januari 2019 terungkap beberapa ancaman kepunahan udang
endemik Sulawesi (Caridina woltereckae) disebabkan oleh kerusakan habitat yakni untuk
Danau Towuti disebabkan oleh beberapa faktor seperti bebatuan, limbah domestik, limbah pertanian dan
perubahan sempadan danau.
“Bebatuan
di dasar danau sebagai habitat udang endemik telah mengalami perubahan struktur
dari susunan alaminya, sementara limbah domestik (terutama sampah plastik,
deterjen dan sebagainya) sebagai
penyebab penurunan kualitas air perairan danau sebagai habitat udang endemik,´kata
Henny saat dikonfirmasi, Sabtu (21/09/2019).
Sedangkan limbah
pertanian lanjut Henny, berupa pupuk anorganik yang mengandung unsur harafoslor
dan nitrogen akan merangsang pertumbuhan fitoplankton atau alga dan
meningkatkan produktivitas perairan yang
berlebihan yang apabila tidak segera diatasi akan memicu timbulnya blooming
algae yang justru merugikan
kehidupan organisme termasuk udang endemik danau, mengganggu keseimbangan
ekosistem, selain itu limbah pupuk yang masuk ke perairan danau lama kelamaan
akan mengendap di dasar, pada saat terjadi peningkatan suhu udara, pemanasan
sinar matahari, dan tiupan angin kencang akan menyebabkan terjadinya pengadukan
air di perairan danau.
“Hal itu
menyebabkan arus naik dari dasar perairan yang mengangkat massa air yang
mengendap, massa air yang membawa senyawa beracun dari dasar danau mengakibatkan kandungan oksigen di badan air
berkurang, menyebabkan gejala fenomena blooming algae atau ledakan (peningkatan) populasi alga
di dalam ekosistem perairan danau akibat limbah pertanian tersebut yang akan
merusak ekosistem, termasuk kelestarian udang endemik,” ucapnya.
Penyebab
ancaman kepunahan lainnya adalah perubahan sempadan danau, akibat limbah
sawmil, pembukaan lahan perkebunan (merica), dan sebagainya, mengancam habitat
udang endemik.
Begitupun
di Danau Mahalona, penyebab ancaman kepunahan udang.endemik ini juga
diakibatkan oleh limbah pertanian yang mirip dengan yang ada di Danau Towuti
dan anca,man akibat pembukaan lahan.
“Ancaman
habitat udang endemik akibat pembukaan lahan di selingkaran danau sebagai penyebab
eutrofikasi, erosi daerah tangkapan air , dan
kerusakan hutan, pendangkalan akibat erosi, eutrofikasi tersebut merupakan
penyebab terjadinya suksesi
perairan danau,” ujarnya.
Menurutnya
berdasarkan hasil survey yang dilakukan, sampai saat ini indeks keanekaragaman
spesies udang endemik Towuti lebih tinggi dari pada udang endemik Mahalona.
“Udang
endemik Towuti masih dapat ditemukan di perairan Timampu, bahkan spesies
(jenis) udang endemik di Towuti antara satu habitat dengan habitat lainnya
dalam satu danau bisa berbeda jenisnya, misalnya antara tanjung di utara dan
selatan dalam Danau Towuti bisa beda jenisnya, meski demikian, eksistensinya
semakin berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ada fenomena kepunahan spesies,” tutur Henny.
No comments:
Post a Comment